Senin, 18 Juni 2007

Hanief Kureishi dan Cinta yang pejal

Hanif Kureishi dan Cinta yang Pejal

Oleh: Mumu Muhajir


Adalah kesakitan yang membuat dunia dan kita bertambah dewasa, dan Hanif Kureishi, pengarang kontemporer Inggris itu, sekali lagi, mengajak kita untuk merenungkan hal terbesar dan tak henti-hentinya jadi obsesi manusia: menemukan orang yang tepat untuk saling jatuh cinta. Tapi Hanif bergerak di sudut yang lain; ia ingin mendedahkan kesalahan kita membaca tanda-tanda cinta yang ada yang membuat kita bertepuk tangan sebelah atau kehilangan pasangan yang kita sudah kurus kering mencintainya. Bahwa cinta adalah sesuatu yang pejal, lentur, tak pasti. Kalimat yang dipakainya dalam kumpulan cerpen ini seperti terpenggal-penggal, seperti ketika kau menangis tapi harus tetap berkata-kata, diksi katanya kaya dan aneh, plot ceritanya cepat, dengan percakapan yang lugas, penuh perih, lucu dan ironi. Walau begitu jangan anggap bukunya seperti tisu bekas sekaan air mata. Tidak ada tokohnya yang cengeng. Jangan harap ada kata-kata memelas, penuh kesedihan. Dan pada saat yang sama, mereka juga bukalanlah penantang cinta yang kuat dan hebat, yang tidak takut terluka. Kalau anda membaca cerpennya seperti “The Umbrella” atau “Midnight All Day”, akan terasa jelas bahwa Hanif tidak sedang berbicara kegagalan cinta yang baru saja. Luka itu sudah lama sekali sembuh, tanpa bekas dan ia membicarakannya kepada kita di cafĂ© yang sejuk, ditemani segelas kopi dan penuh kelakar menertawakan diri sendiri pula. Maka buku ini tidak berbahaya dan tidak subversive. Siapapun boleh membacanya, terutama sekali yang [pernah] sedang jatuh cinta.


Judul : Midnight All Day
Pengarang : Hanif Khureishi
Penerbit: Faber and Faber