Sabtu, 09 Mei 2009

Amy Winehouse: Tak Cukup Manifesto Patah Hati


Amy Winehouse mengumpulkan air matanya dan mengeringkannya ke dalam sebuah album dahsyat: Back To Black {2006}. Tak sulit untuk menarik garis hubung antara apa yang terjadi di "luar" dengan apa yang didendangkan Amy di album itu. Ia semacam katarsis dari semua hal yang terjadi padanya. Ia tidak meratap. Ia memang mengharap, tapi cukup sampai sana. Ia sadar diri sekaligus sadar posisi.

Musiknya berbobot, campuran jazz, soul, R&B, pop , ska, dengan vokal sengau-sember-kuat Amy, menjadi peranti paling pas untuk bercerita betapa sedih dan tragisnya patah hati dengan kekasih yang namanya masih tertato didadanya. Tapi tak ada ratapan, bahkan diakhirnya ia bermainmain ["addicted"]: mana yang lebih penting, pacar apa gele'? Atau apa bedanya pacar dengan gele'?

Ia memulai dengan kesadaran mungkin "rehab" tidak akan menyelesaikan semua masalah disekitarnya. Ia merasa kuat untuk tetap berjalan dengan botol di tangan [iramanya rancak, liriknya angkuh, musiknya jernih].

Kesadaran itu disadarinya tidak akan menolongnya. Ia minta orang sekitarnya memahaminya ia dalam masalah [ia tahu ia dalam masalah]. Semakin ia memudahkan semuanya, semakin ia tahu perasaan baginya tai kucing. Semua hal adalah teman dimana maaf lebih gampang didapat. Perlahan ia menggali kuburannya sendiri, sampai kemudian ia harus kembali lagi ke kehitamannya.

Back to Black adalah manifestonya. Ketukan pianonya mantap, string mengiringi vokalnya yang setengah menyesal, seperempat bertanya, seperempat berharap. Perpisahan tak mungkin tidak terjadi: Ia memulainya dan cinta saja tidak cukup menyelamatkannya. Tak perlu menyesal dengan sesuatu yang kau tahu akhirnya seperti apa. Karena itulah ia tetap tegar, air mata sudah dikeringkan dan jalan sudah mulai ditata.

Tapi bagaimanapun ia tidak menipu dirinya, ia terluka [we only said goodbye with words/I died a hundreds times]. Ia bangun lagi kehitamannya untuk menutupinya. Ia tahu itu tidak cukup, namun hanya itulah yang tersisa: cukup untuk tidak membuatnya gila.

Sudah banyak album yang mendedikasikan dirinya bercerita atau memberi jalan bagi si patah hati keluar dari sakit hatinya. Namun, album ini berbeda. Amy Winehouse dengan sangat jujur mengakui kembali menenggak botol dan menyulut gele adalah cara pertama untuk "addicted" kembali dengan cinta dan pacar.