Selasa, 14 Oktober 2008

Longsor-kah Kamu?

Ada banyak hal bisa membuatku “longsor” tiga kejadian pagi ini misalnya. Seorang gadis muda didoakan tantenya agar dapat cepat dapat kerja dengan sedikit keluhan: ”mencari kerja jaman sekarang ini gak gampang!” lalu si tante membayari ongkos angkotnya. Di angkot kosong-dua, 7 anak muda tanggung masuk, masing-masing membawa kantong kresek biru besar. Isinya barang dagangan: dompet plastik, gunting kuku, penutup HP, dll. Seseorang diantaranya berkata:”nah kan kau bisa ngasih istrimu uang belanja” entah pada siapa, tapi terasa pada jantungku. Di angkot lima-belas, si keponakan nawarin pekerjaan sekali sebulan ke tantenya: menginap di rumah kaya entah di perumahan Yasmin. Lalu meloncat ke keinginan salah satu anak tantenya yang ingin “mandiri”. Si keponakan bilang:”ya, dicoba dulu. Kalau udah punya keluarga mah emang harus mandiri.” Dia kemudian bayarin ongos angkot tantenya.

GM bilang di Caping minggu ini[[34/XXXVII 13 Oktober 2008]: ”Lihat, tanganku di dekat akar rumput. Lebih banyak yang bisa kita sentuh. Lebih banyak ketimbang yang bisa kau rengkuh.” Konteks yang dibicarakan GM mungkin berbeda, tapi aku merasa terwakili.